Rabu, 05 November 2014

Kesalahan wanita dalam berumah tangga

                  
         Kesalahan Wanita Dalam Berumah Tangga

Oleh Ust.Abu Ammar al-Ghoyami

 

     Salah satu permasalahan dunia wanita ialah tema kesalahan-kesalahan istri.Sebab istri adalah seorang wanita.Pembahasan ini sangat penting,karena semakin banyak sengketa yang menimpa rumah tangga salh satu sebabnya adalah kesalahan-kesalahan istri.Lebih dari itu,akibat kesalahan istri sudah banyak yang berakibat perceraian.Ujungnya,rumah tangga berantakan,anak-anak yanga menjadi korban pendidikannya tak terurus,dan sebagainya
              Berikut ini kita ketengahkan beberapa kesalahan istri dalam berumah tangga beserta koreksinya dan solusi sederhananya.Semoga menjadi didikan yang baik bagi para istri dan bagi kaum wanita umumnya menuju istri shalihah yang bahagia bersama suami dan anak-anak serta seluruh keluarga.Aamiin.
1.Buruk Akhlak.
    Akhlak yang baik merupakan komponen pembentuk rumah tangga bahagia.Tatkala ia hilang dari suami atau diri istri,tentu akan timbul keburukan di dalam rumah tangga.
    Ada kalanya istri buruk akhlak dan perangai.Ia panjang mulut dan tajam lidah sehingga suami mengeluhkannya.Jika suami menanggapi bicaranya,justru istri makin menjadi-jadi,mengemukakan banyak alasan dan tak jarang suaranya pun makin meninggi.Terkadang ia tidak akan diam kendati suami telah diam.Kenyataan seperti ini banyak terjadi.Lebih-lebih zaman seperti ini.
    Bila mau ditilik penyebabnya,salah satunya (dan ini memiliki peran terbesar),ialah tayangan medi elektronik berupa sinetron,film dan semisalnya yang tidak memberikan pelajaran selain gambaran kehidupan suami istri yang jauh dari akhlak terpuji dan menyimpang dari aqidah yang lurus.Akibat tayangan seperti itulah banyak suami istri yang mencontoh gaya hidup dalam tayangan tersebut.Terlebih lagi kaum wanita,karena sifat meniru memeng lebih dominan disbanding para laki-laki.Sebab wanita cenderung memenangkan perasaan.
    Sepatutnya bila istri segera mengubah akhlaknya dengan belajar dari teladan umat ini,Rasululloh shalallohu alaihi wassalam,para istri beliau,dan para shahabiyah wanita yang mulia sebagai pendahulu kaum perempuan umat ini.Sekaligus lenyapkan tayangan buruk dari kehidupannya yang hanya akan menjerumuskan ke jurang akhlak yang rendah.Jika istri baik agama dan akhlaknya,niscaya dengan mudah ia hidup bahagia di rumah tangganya.Rasululloh shalallohu alaihi wassalam bersabda : "Ada empat unsur kebahagiaan;istri shalihah,rumah yang lapang,tetangga yang baik,dan kendaraan yang nyaman. Dan ada empat unsur kesengsaraan ; tetangga dan istri yang buruk,rumah yang sempit dan kendaraan yang buruk."(HR.Ibnu Hibban dalam shahihnya no: 4032, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no: 887)
2.Tidak syukur nikmat.
   Terkait dengan baiknya tutur lisan adalah syukur.Dengan lisan yang baik seorang isti akan bersyukur atas nikmat Allah melalui suaminya.Sebaliknya, tidak sedikit istri yang pandai bersyukur dan nampak dari lisannya yang suka menyakiti suaminya.Padahal puncak dari cinta kasih istri terhadap suaminya adalah mensyukuri setiap kebaikan yang ada pada suami serta tidak menyakiti dengan perkataannya.
   Seharusnya para istri memehami bahwa tidak saja ia telah menyakiti suami,namun Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengancam para istri yang ingkar terhadap suami dan tidak bersyukur atas kebaikannya.Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa Asma'binti Yazid,salah seorang wanita dari bani Abdil Asyhal berkata,
"Rasululloh salallohu alaihi wassalam melewati kami,sedang kami berada diantara kaum wanita. Beliau bersalam kepada kami lalu bersabda,"Jauhilah oleh kalian,wahai para wanita,mengufuri pemberi-pemberi nikmat!" Kami bertanya, `Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan mengkufuri pemberi-pemberi nikmat itu?` Beliau bersabda, `Bisa jadi ada salah seorang diantara kalian  yang telah cukup lama hidup dengan nikmat diantara kedua orang tuanya (semasa gadis),lalau Allah subhanahu wa ta'ala memberikan rezeki berupa suami,dan darinya (Allah subhanahu wa ta'ala memberi rezeki) harta dan anak-anak,namun saat ia marah iapun pergi seraya berucap,'Aku tidak pernah seharipun mendapati  darinya satu kebaikan (buatku)'"Dalam sebuah riwayat ,"Lalu ia pun kufur (nikmat) seraya berucap,"Tidaklah aku melihat sedikitpun kebaikan darimu."(HR.Ahmad: 27602,al-Bukhari dalam al-Abdul Mufrad: 1048,dengan sanad Shahih,ash-Sahihah 2/486)
  Syaikh al-Albani membawakan riwayat,bahwa makna al-Muna'amin ialah suami.(Ash-Shahihah 2/353).
3.Membuka rahasia rumah tangga ke pihak luar.
   Tatkala terjadi masalah di dalam rumah tangga antara suami istri,seyogianya diselesaikan secara rahasia antara keduanya.Bahkan ini wajib.Jangan sampai masalah itu diutarakan kepada pihak luar,sekalipun mereka adalah keluarga suami maupun istri.
  Yng terjadi apabila kasus suami istri sampai kepada orang tuanya, justru para orang tua cenderung memihak kepada anak masing-masing.Para orang tua istri mulai menggambarkan dihdapan putrinya seakan-akan kasus kasus yang terjadi itu diluar batas kewajaran.Sehingga anak pun akan merasa berada diatas kebenaran dan tak bersalah sama sekali,dan bahwa ia sedang dianiaya oleh pasangannya.Atau jika suami, maka ia akan menyimpulkan bahwa dialah yang benar dan istrinya memang kurang baik.Bisa diperkirakan bagaimana ujung dari problema sederhana bila sampai ke keluarga pasutri? Bisa berujung perceraian karena tidak ada titik temu.
  Semestinya istri tidak mudah membuka rahasia rumah tangga ke pihak luar.Apalagi hanya problem sederhana.Memang bisa dimaklumi,bahwa wanita itu makhluk yang lemah.Memang terkadang juga istri melakukannya bukan bermaksud jahat terhadap suami,ia ingin berupaya membangun dan menjaga keutuhan hubungan dengan suaminya.Namun itu semua bukan alas an baginya untuk boleh curhat tentang rumah tangganya ke pihak lain.
  Kecuali bila problem yang ada begitu serius dan suami istri tidak mendapat titik temu saat berdialog dengan baik.Masing-masing suami istri saling bersikukuh dengan pendiriannya.Maka bila memang diperlukan penengah, baru isrti boleh mengupayakannya,dengan memilih kerabat dekatnya atau kerabat suaminya yang adil,amanah,dan luas wawasan ilmunya untuk menengahi (hakam) dan mencarikan solusi terbaik buat keutuhan hubungan antara mereka.(QS. an-Nisa' :35)
4. Enggan melayani suami.
  Terkadang karena ada masalah, istri tidak lagi bersikap mesra. Seolah-olah dia bosan dengan kemesraan.Sebagai gantinya ia justru asyik dengan jejering sosial dan teman-teman wanitanya.Ia terkadang cuek tatkala diajak bicara oleh suaminya.Tidak duduk bersamanya untuk berbagi
   Tidak jarang hilangnya kemesraan itu berujung kepada hilangnya sensitifitas istri terhadap pasangannya.Ia tidak sadar bahwa tindakannya  itu menyakiti suaminya.Semestinya ia segera bersikap lebih peka.Bagaimana pun juga suaminya memiliki hak yang harus ia tunaikan.Di anataranya hak bercinta.Bukan justru ia perturutkan dirinya sehingga bermuara dalam keengganan melayani suami saat diajak bercinta.
    Di satu keadaan lain,dimana suami tidakterpenuhi haknya tatkala sebagian kaum istri beralasan lelah beraktifitas atau bahkan sekedar malas,sehingga enggan diajak bercinta suaminya.Padahal sama saja,suami pun leleh setelah berhelat dengan dunia luar rumah untuk memenuhi hak istri dan anak-anaknya.Namun bukan berarti leleh atau malas boleh dijadikan alas an untuk menolak ajakn suami bercinta.
    Memang pekerjaan istri cukup berat. Namun perlu dimengerti,jika mau membandingkan,pekerjaan para istri dihari ini tentu tidak seberat pekerjaan para istri di masa dahulu.Para istri dimasa dahulu lebih baik dan lebih mulia dengan pekerjaan beratnya.
    Di dalam Thabaqat Ibnu Sa'ad (8/282) disebutkan,tatakala dikunjungi oleh Rasulullah salallohu 'alaihi wassalam  ,Asma' binti 'Umais,seorag sahabiyah,baru selesai menyamak empat puluh lembar kulit dan menggiling tepung.Namun ia tetap sabar menghampiri anak-anaknya, lalu membersihkan badannya dan merapihkannya,lalau meminyaki mereka.
    Di dalam shahih al-Bukhari (Fathul Bari 9/230) disebutkan,bahwa Asma' binti Abu Bakar,istri zubair adalah seorang istri yang sabar mengurus rumah tangga dan mengurus kuda suaminya.Ia yang memberi minumdan memberi makan kuda-kuda tersebut.Selain itu ia biasa menambal ember yang pecah,menggiling tepung,serta mengangkat biji-biji kurma dari kebun suaminya yang berjarak tiga farsakh dan ia angkat diatas kepalanya.
    Abu Nu'aim di dalam Hiyatul Auliya' (1/218) menyebutkan bahwa Fatimah radiallohu 'anhu putri Rosulullah ,istri Ali bin Abi Thalib biasa menggiling gandum sehingga tangannya lecet,mengambil air dengan memanggul qibrah sehingga pundak dan lehernya pun membekas.Ia juga yang memasak dengan menyalakan tungku yang mengotori pakaian dan badannya.
    Kenyataan kelelahan mereka bukan alasan untuk enggan melayani suami bercinta.Dan istri tetap berkewajiban melayani ajakan suaminya bercinta. Sungguh,Rasulullah solallohu 'alaihi wassalam dan istri beliau sebagai teladannya.Beliau bersabda,"Jika seorang suami meminta istri (ke tempat tidurnya) maka ia wajib memenuhinya,sekalipun ia sedang di atas punggung tunggangannya."(HR. al-Bazar di dalam Musnadnya,dengan sanad shahih,ash shahihah 1/200)
    Jabir berkisah ,"Sungguh,suatu suatu kali Rasulullah pernah melihat seorang wanita.Lalu beliau segera mendatangi Zainab (istrinya) untuk menyalurkan hasratnya.Kala itu Zainab sedang membersihkan kulit untuk disamak." (HR.Muslim 2/1021)
    Yang demikian karena memenuhi hasrat bercinta suami merupakan kewajiban besar, yang bila ditolak istri akan dimurkai oleh Allah azza wa jal.Rasulullah salallohu 'alaihi wassalam bersabda, "Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya,jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istrinya enggan melayaninya,maka(Allah) yang di atas langit pasti memurkainya sehingga suaminya ridha kepadanya," (HR. Muslim: 1436)
             Semoga ini menjadi pelajaran bersama.Aamiin.